KIPI Adelaide

Ibarat perempuan hamil yang kemudian melahirkan setelah sekitar 9 bulan, maka hari ini adalah hari saya melahirkan KIPI setelah lima bulan mempersiapkannya. Sebuah konferensi akademik yang digelar Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) dan rutin digelar setiap dua tahunan. Untuk KIPI tahun ini, saya terlibat sebagai Streering Committee karena posisi saya sebagai ketua divisi akademik. Ini pun terjadi karena kebetulan saya mendapat limpahan dari ketua sebelumnya.

Tema tahun ini adalah tentang masyarakat digital menghadapi milenium baru, memaksimalkan peluang. Topik yang menurut saya sangat pas dan relevan untuk Indonesia dari berbagai sudut pandang ilmu. Sangat hangat beririsan dengan sektor kebijakan, realitas lapangan, serta riset akademik.

Berlokasi di kampus Flinders University, Adelaide, KIPI 2016 menghadirkan berbagai narasumber kunci di antaranya Duta Besar Indonesia untuk Australia, Pak Nadjib Riphat, perwakilan bos urusan sosial media Departemen Luar Negeri Australia, Menteri Perdagangan negara bagian Australia Selatan, Jembatan Flinders, profesor di bidang sosial media, dan VP Freelancer.com.

Dari dua sesi diskusi panel, banyak informasi yang dipaparkan oleh narasumber, termasuk diplomasi digital Indonesia dan Australia yang sebagian saya jadikan berita di Antara. Ada juga bahasan tentang kajian akademis pemanfaatan sosial media di dunia politik. Dan situs menyedia info lowongan kerja buruh lepas yang konon bisa mengubah peta pencarian pekerja dan pekerjaan. Semua itu terangkum dalam satu hari yang panjang, yang ditutup dengan acara santai di kantin berbangunan megah dan futuristik. Acara nyanyi-nyanyi dan makan nasi kuning. Tapi seru juga ada kegiatan seduh kopi khas Indonesia! Saya menikmati beberapa varian bijih kopi yang belum pernah saya minum sama sekali, dan memantik ide untuk belajar jadi barista!

Author: Ella

Penulis saat ini tinggal di Perth, Australia Barat.

Leave a comment