Tulisan ini dibuat setelah semalam “puas” menunggu secara produktif (baca: sambil bikin berita dan baca komentar-komentar cetar di Twitter) sensus “online” yang seharusnya diisi. Sensus di Australia sudah mulai diperkenalkan untuk “paperless” alias tidak pakai kertas lagi sejak awal tahun 2000-an. Di tahun pertama “eCensus”, cuma 10 persen responden yang melakukannya secara “online”, sisanya masih dengan metode petugas sensus datang ke rumah-rumah dan membantu pengisian lembar-lembar pertanyaan kepada si penghuni rumah.
Di sebuah video tentang kampanye sensus tahun 1966, diperlihatkan bagaimana sensus digelar. Mirip sekali dengan yang ada di Indonesia, petugas dan responden bertatap muka, mengisi formulir, dan tentu saja data mereka tidak mencantumkan nama si responden serta alamat rumah.
Tahun ini terjadi banyak sekali perubahan. Sekitar dua pekan sebelum sensus lima tahunan digelar, saya sudah mendapat surat dengan kop surat bertuliskan jargon “Your moment to make a difference” di sampingnya ada logo Australian Bureau of Statistics (ABS). Lantas di pembukaan surat tertulis “Your census login below. Keep this safe and save the date”. Persis di kanannya tulisan pembuka itu ada semacam gambar mirip sticky note warna kuning jelas tertera di sana “Census night August 9”.
Yang sangat mengusik saya dari awal sebenernya tulisan begini:
Dear Resident,
Please complete the Census on Tuesday, 9 August 2016.
The census is your moment to make a difference and help shape Australia’s future.
[blablabla…]
ABS (setara dengan BPS-nya Indonesia) sangat percaya diri bahwa laman mereka (www.census.abs.gov.au) akan sanggup menerima semua input dari responden di Australia pada waktu yang bersamaan, pada 9 Agustus malam! Bayangkan, kalimatnya kan “tolong selesaikan sensus pada 9 Agustus”, bukan “sebelum” atau “paling lambat” 9 Agustus. Ini artinya semua penerima surat diharapkan di malam yang sama membuka Internet dan duduk menghadap laman Census untuk mengisi belasan mungkin puluhan pertanyaan! Mereka sangat yakin tidak bakal terjadi “crash” akibat “overload” data atau pengakses.
Dan benar saja. Pada malam yang sudah ditentukan, eng ing eng… yang terjadi adalah kegagalan sistem menerima begitu banyak responden yang sebagian kecil bahkan sebenarnya sudah berencana untuk memboikot sensus ini! Kenapa boikot?
Nah khusus soal boikot ini, sebenarnya memang warga Australia patut merasa khawatir dengan metode pencacahan data oleh ABS yang meminta responden menuliskan antara lain nama, alamat rumah, tingkat pendidikan, agama, dan jumlah pendapatan. Biasanya nama tidak perlu dituliskan di lembar survei, karena ini seharusnya mencacah data, bukan mencacah penduduk sebagai individu (dengan identitas berupa nama). Lantas yg bikin lebih ngeri lagi adalah data sensus akan disimpan selama 4 tahun, bukan 18 bulan atau 1 tahun seperti sensus di tahun-tahun sebelumnya. Buat apa data disimpan sebegitu lama? Siapa yang simpan, dan apa jaminan data itu tidak dicuri atau bocor untuk kepentingan selain sensus?
Beberapa senator dan politisi independen, seperti Nick Xenophon, sudah mengumumkan bahwa dia lebih memilih didenda 180 dolar per hari, akibat tidak mau mengisi formulir sensus, daripada harus menanggung resiko pelanggaran privasi terhadap data pribadi dirinya dan keluarga. Ada juga politisi Partai Hijau yang memboikot karena melihat potensi kekacauan sistem “eCensus” yang bisa datanya bisa dimanfaatkan justru untuk pemerintah mengintai publik.
Sebenarnya, “eCensus” ini mungkin boleh dibilang irit dari segi biaya. Bila menggunakan sumber daya manusia untuk mendatangi rumah-rumah dan jutaan lembar kertas bisa menelan hingga 100 juta dolar, sensus “online” diperkirakan hanya membutuhkan biaya sepersepuluh atau maksimal separuh saja dari sensus konvensional. Biaya yang besar adalah membayar perusahaan teknologi IBM 10 juta dolar untuk menyediakan “cloud server”, tempat data disimpan, lalu kampanye di media massa. Tapi ini persis seperti “tambang data” buat siapa saja yang melihatnya! Ada nama, agama, jumlah penghasilan, tempat tinggal, jumlah anak, sekolah, status pernikahan, apalagi yang kurang coba? Semua ada di sana! Pejabat ABS membantah soal keraguan keamanan data sembari menyebut data memang sudah terpapar karena di manapun kita berada ada kartu “tap and go” ATM bank, ada juga kartu pelanggan supermarket, dan Facebook dkk, yang kesemuanya itu meminta kita memberitahukan detil pribadi kita! Tapi seorang reporter di acara tanya jawab tersebut menegaskan bahwa ABS meminta data secara “paksa” karena ada ancaman denda di sana, sementara kartu2 yang disebutkan tadi dan media sosial semuanya adalah bersifat “pilihan”. Bagaimana mungkin kedua ini bisa dianggap sama?
Australia telah menggelar sensus sejak 1828, tapi secara resminya sensus tercatat terjadi pada tahun 1911 ketika jumlah populasi Australia mencapai 4,4 juta orang. Orang Aborigin dan Torrest Strait Islander baru masuk ke data sensus Australia di tahun 1966. Sensus adalah kewajiban, sama dengan pemilu!
Sebagai gambaran, sensus lima tahunan di Australia ini digelar berdasarkan rumah atau tempat tinggal. Semua harus mengisi, tidak peduli apakah kita warga negara atau bukan, pendatang atau bukan, tak peduli bila hanya satu malam sedang berada di Australia atau bukan. Yang penting Anda berada di Australia pada tanggal 9 Agustus 2016. Pengecualian hanya berlaku bagi mereka diplomat asing dan keluarganya. Tahun ini ABS memperkirakan ada 10 juta keluarga dengan jumlah jiwa mencapai 24 juta. Data sebanyak itu akan memetakan siapa kita, dan bagaimana kebiasaan kita, berikut pula nama dan informasi tempat tinggal kita. Semisal saja kita berbohong dengan isian formulir, ABS mengancam dengan denda dan tuntutan hukum. Semuanya memang terasa “dipaksa” demikian rupa.
Tapi ABS sebenarnya memberikan celah buat kita tetap menjaga privasi di data yang kita berikan. Baca ini saya jadi paham bahwa ada trik:
- Minta formulir kertas ke ABS, dan tanya di mana tempat pengumpulan formulir nanti bila sudah terisi.
- Di formulir kertas, kita boleh kosongkan kolom nama dan kita tidak kena denda kalau tidak isi nama di sana. Sementara bila menggunakan metode “eCensus”, sistem tidak akan progres bila kolom nama tidak diisi. Tapi balik lagi yah, kan ada alamat rumah tercantum di sana. Saya kurang paham apakah alamat juga boleh dikosongkan di kertas survei “offline”?
Balik ke isu keamanan data, ABS sejak tahun 2013 melaporkan ada 14 kasus kebocoran data. Titik paling lemah berada di fase ketika semua data itu terkumpul, mereka kepayahan menyimpan data dari sekitar 9 juta keluarga untuk sekali sensus. Apalagi bila diakumulasikan dengan sensus-sensus sebelumnya. Masif sekali!
Ditambah lagi pagi ini berita koran Sydney Morning Herald mewartakan laman sensus ABS terpaksa ditutup sementara karena diserang oleh “hacker” dari luar negeri. Kepala Statistik ABS, David Kalisch, dalam wawancara radio bersama ABC, Rabu (keesokan hari setelah malam sensus), menegaskan data yang masuk sebelum 7.30 malam sudah aman diterima ABS. Dan David belum bisa mengetahui detil sumber serangan tadi malam terhadap laman sensus ABS. Di bagian lain berita itu tertulis Menteri Usaha Kecil Michael McCormack – menteri yang bertanggung jawab untuk urusan sensus 2016 – membantah soal serangan “hacker”. Uniknya lagi, harian The Australian menurunkan angle berita bahwa kerusakan sistem semalam bukan karena “hacker”, tapi semata kegagalan “hardware” akibat serbuan responden.
ABS mengakui sejak pukul 19.45 tadi malam laman sensus sudah diputus koneksinya, tapi mengapa responden diminta untuk mencoba kembali dalam waktu 15 menit? Ini terasa konyol sekali karena ribuan, mungkin jutaan, orang tadi malam nyaris bedagang demi sensus! Lalu David Kalisch di wawancara radio ABC berjanji laman sensus bisa kembali diakses jam 9 pagi hari ini, tapi sampai pukul 10 pun masih saja tidak bisa dibuka. Jadi?